Monday 6 January 2014

 

Status Hukum Kopi Luwak

Ketika memberikan kuliah maghrib di Majis al-Taqwa, Proton City, Tangjung Malim Perak, seorang jemaah telah bertanyakan saya tentang hukum meminum kopi luak (musang). Saya telah memberikan jawapannya pada ketika itu sekadarnya. Di sini saya ingin berkongsi berapa tulisan para ustaz berkaiatan hal ini dan juga fatwa dari Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan Malaysia
Oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Beberapa waktu yang lalu, media massa ramai membicarakan hukum “kopi luwak”, apakah halal ataukah haram. Pasalnya, kopi antik asal Indonesia yang terkenal sangat ma­hal tersebut*) ternyata dalam proses pembuatannya menggunakan bantuan luwak (sejenis musanglParadoxurus hermaphrodites). Di antara proses produksinya ; sekumpulan luwak dipersilakan makan buah kopi matang lalu kopi yang keluar bersama kotoran luwak tersebut dibersihkan dan diproses hingga menjadi bubuk kopi siap saji.
Nah, apakah karena prosesnya yang seperti itu menjadikan kopi jenis ini najis dan haram?!! MUI telah mempelajari dan menyelidiki masalah ini lalu menyimpulkannya ha­lal.**) Hanya, masih ada sebagian orang mempertanyakan tentang kebenaran fatwa MUI tersebut. Oleh karena itu, kami memandang perlu untuk menulis pembahasan ini sebagai keterangan bagi kaum muslimin semuanya. Semoga bermanfaat.

HUKUM KOPI
Ketahuilah wahai saudaraku seiman — semo­ga Allah Ta’ala merahmatimu—bahwa asal hukum segala jenis makanan baik dari hewan, tumbu­han, laut maupun daratan adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya[1].
Allah Ta’ala berfirman :
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. (QS. al-Baqoroh [2]: 168)
Tidak boleh bagi seorang pun mengharam­kan suatu makanan kecuali berlandaskan dalil dari al-Qur’an dan hadits yang shohih dan apa­bila seorang mengharamkan tanpa dalil, maka dia telah membuat kedustaan tentang Allah.
Memang pada awal munculnya, kopi banyak diperdebatkan oleh ulama, bahkan banyak tu­lisan tentangnya. Ada yang mengharamkannya karena dianggap memabukkan dan ada yang menghalalkan karena asal minuman adalah ha­lal[2]. Namun, dengan berjalannya waktu, pen­dapat yang mengharamkan itu hilang dan para ulama-pun bersepakat tentang halalnya kopi[3]. Sampai-sampai al-Halawi mengatakan setelah menyebutkan perselisihan ulama tentang hukum kopi : “Orang yang mengharamkan kopi tidaklah memiliki alasan yang ilmiah sama sekali.”[4]

HARAMKAH LUWAK?
Luwak adalah binatang sejenis musang. la adalah binatang pengecut dan sangat licik. De­ngan kelicikannya dia bisa bersama para bi­natang buas menyeramkan lainnya. Di, antara kelicikannya dalam mencari makanan dia bisa berpura-pura mati dan melembungkan perut­nya serta mengangkat keempat kakinya agar di­sangka mati. Kalau ada hewan yang mendekat­inya, seketika itu dia langsung menerkamnya.[5]
Tentang hukum memakannya, para ulama ber­selisih pendapat :
Pendapat pertama : Boleh, Ini adalah madzhab Syafi’i dan salah satu riwayat dari Imam Ah­mad. Alasannya, karena ia bukan termasuk binatang buas yang menyerang dengan taring­nya.
Pendapat kedua : Haram, Ini adalah pendapat Abu Hanifah dan pendapat yang populer dalam madzhab Ahmad. Alasannya karena musang termasuk binatang buas yang diharamkan dalam hadits.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap binatang buas yang bertaring maka memakannya adalah haram.”[6]
Pendapat yang kuat bahwa musang hukum­nya haram, karena musang termasuk binatang buas yang dilarang dalam hadits. Wallahu A’lam.[7]



NAJISKAH KOTORAN LUWAK ?
Masalah ini merupakan cabang dari permasa­lahan sebelumnya, karena para ulama menjelaskan bahwa kotoran binatang menjadi dua :
1.      Kotoran binatang yang dagingnya haram hukumnya najis dengan kesepakatan ulama.[8]
2.      Kotoran binatang yang dagingnya halal dimakan. Hukumnya diperselisihkan ulama. Sebagian ulama berpendapat najis, sedangkan sebagian ulama lainnya berpendapat tidak najis dan inilah pendapat yang kami pilih karena kuatnya dalil-dalil mereka serta sesuai dengan kaidah asal. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah berkata : “Adapun kencing dan kotoran binatang yang dagingnya dimakan, maka mayoritas salaf berpendapat bahwa hal itu tidaklah najis. Ini merupakan madzhab Malik, Ahmad dan selainnya. Dan bahkan dikatakan : tidak ada seorang pun sahabat yang berpendapat najis. Kami telah memaparkan masalah ini secara panjang lebar dalam kitab khusus dengan memaparkan belasan dalil bahwa hal itu (kencing dan kotoran hewan yang dagingnya dimakan) tidak termasuk najis.”[9]



HUKUM KOPI LUWAK
Setelah melalui beberapa pembahasan diatas, sekarang kita akan membahas pokok permasalahan kita yaitu tentang status hukum kopi luwak.
1. Gambaran Masalah
Sebelum melangkah lebih lanjut, kita perlu mengetahui gambaran permasalahan yang  sedang kita bicarakan ini, sebab sebagaimana kata para ulama kita :
Mengukumi sesuatu itu adalah cabang dari gambarannya.”[10]
Kopi luwak yaitu buah kopi matang yang dimakan oleh luwak, kemudian dikeluarkan sebagai kotoran luwak tetapi biji-biji kopi tersebut tidak tercerna sehingga bentuknya masih dalam bentuk biji kopi. Jadi, di dalam perut musang biji kopi mengalami proses fermentasi dan dikeluarkan lagi dalam bentuk biji bersama dengan kotoran luwak. Selanjutnya, biji kopi luwak dibersihkan dan diproses seperti kopi biasa.
2. Kaidah-Kaidah Fiqih Seputar Masalah
Ada beberapa kaidah fiqih yang dapat kita terapkan dalam masalah ini :

a. Asal makanan adalah halal
Kaidah ini sudah kita sebutkan di atas, bahwa :
“Asal hukum segala jenis makanan adalah halal (sampai ada dalil yang mengharamkannya).”[11]
Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “Asal hukum makan­an dan minuman adalah halal kecuali apa yang diharamkan oleh Allah dalam al-Qur’an-Nya atau melalui lisan Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena apa yang diharamkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sama hal­nya dengan pengharaman Allah.”[12]
Demikianlah, dalam masalah ini hukum asal­nya adalah boleh dan halal sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya. Kita tetap dalam keyakinan ini sampai datang bukti dan dalil kuat yang dapat memalingkan kita dari kaidah asal ini, adapun sekadar keraguan maka tidak bisa.

b. Hukum itu berputar bersama sebabnya
Termasuk kaidah fiqih yang berkaitan dengan masalah ini adalah :
“Hukum itu berputar bersama sebabnya, ada dan tidaknya.”[13]
Dalam masalah kopi luwak, alasan bagi yang melarangnya adalah adanya najis. Namun, tat­kala najis tersebut sudah hilang dan dibersih­kan maka hukumnya pun menjadi suci.

c. Istihalah [14]
Termasuk kaidah yang sangat berkaitan erat dengan masalah ini adalah kaidah istihalah clan membersihkan benda yang terkena najis :
“Benda najis apabila dibersihkan dengan pembersih apa pun maka menjadi suci.”[15]
Nah, tatkala biji kopi luwak yang bercampur kotoran tersebut memang sudah dibersihkan, lantas kenapa masih dipermasalahkan lagi?!

3. Masalah-Masalah Serupa Dalam Fiqih
Sebenarnya masalah kopi luwak ini dapat kita kaji melalui pendekatan masalah-masalah yang mirip dengannya yang biasa dikenal dengan is­tilah Asybah wa Nazho’ir. Ada beberapa masalah yang dapat kita jadikan sebagai pendekatan de­ngan masalah ini, yaitu :

a. Bila hewan mengeluarkan biji
Pendekatan yang paling mirip adalah apa yang dikatakan oleh para ulama fiqih yang mene­rangkan jika ada hewan memakan biji tumbuh­an kemudian dapat dikeluarkan dari perut, jika kondisinya tetap—sehingga sekiranya dita­nam dapat tumbuh[16]—maka tetap suci. Imam Nawawi rahimahullah berkata :
“Para sahabat kami (ulama madzhab Syafi’i)— semoga Allah merahmati mereka— mengatakan : ‘jika ada hewan memakan biji tumbuhan kemu­dian dapat dikeluarkan dari perut, jika kekerasan­nya tetap, dalam kondisi semula, yang sekiranya jika ditanam dapat tumbuh maka tetap suci tetapi harus disucikan bagian luarnya karena terkena najis…’ “[17]

b. Telur yang masih dalam bangkai
Masalah lain yang mirip dengan permasalahan ini adalah masalah telur yang berada di bangkai ayam, apakah najis ataukah tidak, pendapat yang kuat bahwa apabila telur sudah berkulit dan terpisah maka hukumnya suci. Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata :
“Apabila ada ayam mati (bangkai) dan di perut­nya ada telur yang sudah mengeras kulitnya maka (telur tersebut) hukumnya suci. Inilah pendapat Abu Hanifah dan sebagian Syafi’iyyah dan Ibnu Mundzir. Alasan kami karena telur yang sudah berkulit keras tadi terkena najis, mirip kalau sean­dainya ia jatuh pada air yang najis (lalu dibersih­kan maka jadi bersih).”[18]

c. Emas yang ditelan orang
Masalah yang mirip juga dengan masalah ini adalah kalau seandainya ada seorang menelan emas atau uang logam kemudian keluar bersama kotoran. Bukankah emas atau uang logam tadi sudah dibersihkan maka ia suci wahai saudaraku ?!! Pikirkanlah !!

KESIMPULAN
Terlepas dari perselisihan ulama tentang musang apakah haram ataukah tidak, dan terlepas dari perselisihan ulama apakah kotoran hewan itu najis ataukah tidak, kami berpendapat bahwa biji kopi luwak yang bercampur dengan kotoran kalau memang sudah dibersihkan maka hukumnya adalah suci dan halal. Barang siapa yang mengharamkan maka dia dituntut untuk mendatangkan dalil yang akurat. Wallahu A’lam

Daftar Referensi
1.      Al-Mughni. Ibnu Qudamah rahimahullah. Tahqiq Abdullah at-Turki dan Abdul Fattah al-Hulw. Dar Alamil Kutub. KSA. Cet kelima 1419 H.
2.      Al-Majmu’ Syarh Muhadzab. An-Nawawi rahimahullah. Tahqi Muhammad Najib al-Muthi’i. Dar Alamil Kutub. KSA. Cet kedua 1427 H.
3.      Al-Ath’imah. Syaikh Salih bin Fauzan Al-Fauzan hafizahullah. Maktabah Ma’arif. KSA. Cet kedua 1419 H.
4.      As-Sa’yul Hamid fi Masyru’iyyatil Mas’a al-jadid. Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizahullah. Dar al-Atsariyyah  Yordania. Cet pertama 1428 H.
5.      CD Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta 2010.
Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com dan dipublikasikan oleh http://salafiyunpad.wordpress.com
Sumber: Majalah AL FURQON no. 107, edisi 04, thn ke-10, 1431.H /2010.M

*)    Diberitakan bahwa harga kopi luwak ini secangkirnya 100 ribu rupiah. Bahkan di Amerika bisa dijual dengan harga kurang lebih 300 ribu rupiah. Mirip hat ini adalah liur bu­rung walet. Demikianlah kehendak dan keajaiban Alloh pada sebagian makhluk-Nya. Hal ini mengingatkan pe­nulis pada apa yang disebutkan oleh ulama bahwa darah kijang bisa menjadi minyak kesturi yang sangat harem!!! (Lihat Diwan al-Mutanabbi 2/21 dan asy-Syarh al-Mumthi’ 1/98 oleh Ibnu Utsaimin rahimahullah)
**)  Teks fatwa MUI tersebut sebagai berikut:
a.   Kopi Luwak sebagaimana dimaksud dalam keten­tuan umum adalah mutanajjis (barang terkena najis), bukan najis.
b.   Kopi Luwak sebagaimana dimaksud dalam keten­tuan umum adalah halal setelah disucikan.
c.   Mengonsumsi Kopi Luwak sebagaimana dimaksud angka 2 hukumnya boleh.
d.   Memproduksi dan memperjualbelikan Kopi Luwak hukumnya boleh.
[1] Lihat al-Qowa’id an-Nuroniyyah hlm. 112 Ibnu Taimiyyah dan Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 21/542
[2] Syaikh Abdul Qadir bin Muhammad al-jazuri menulis se­buah kitab berjudul Umdah Shofwah fi Hilli Qohwah. Dalam kitab tersebut beliau menjelaskan secara detail tentang ha­lalnya kopi.
[3] Sebagaimana dikatakan oleh Mari’I al-Karmi dalam Thaqiq Burhan fi Sya’ni Dukhon hlm. 154
[4] Ghomzu “Uyunil Basho’ir 4/355. Lihat pula Muqoddimah Syaikhuna Mansyur bin Hasan Alu Salman hafizahullah terhadap risalah Tausi’ah
Mas’a hlm. 17-21
[5] Miftah Dar Sa’adah 2/153 Ibnul Qoyyim rahimahullah
[6] HR. Muslim : 1993
[7] Diringkas dari al-Ath’imah hlm. 62-63 oleh Syaikh Sholih bin Fauzan al-Fauzan hafizahullah.
[8] Al-Mabsuth 1/60 as-Sarokhsi, al-Qawanin al-Fiqhiyyah hlm. 27 Ibnu Juzai, al-Kafi 1/97 Ibnu Qudamah rahimahullah
[9] Majmu’ Fatawa 21/613-615
[10] Lihat al-Ushul al-Amah wal Qowa’id  al-Jami’ah lil Fatawa Syar’iyyah hlm. 18 Dr. Husain bin Abdul Azis Alu Syaikh hafizahullah
[11] Lihat al-Qowa’id an-Nuroniyyah hlm. 112 Ibnu Taimiyyah rahimahullah dan Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 21/542.
[12] Al-Umm 2/213
[13] Lihat Mughni Dzawil Afham hlm. 174 oleh Ibnu Abdil Hadi, I’lamul Muwaqqi’in 4/135 oleh Ibnu Qoyyim rahimahullah
[14] Lihat masalah ini dalam kitab al-Istihalah wa Ahkamuha fil Fiqh Islami oleh Dr. Qodhafi Azzat al-Ghonanim hafizahullah.
[15] Lihat Majmu’ Fatawa 21/474, Hasyiyah Ibni Abidin 1/311, asy-Syarh al-Mumthi’ 1/424.
[16] Dan penelitian LP POM MUI membuktikan bahwa secara umum biji kopi yang keluar dari kotoran luwak tidak berubah serta dapat
tumbuh jika ditanam
[17] Al-Majmu’ Syarh Mahadzab 2/409. Lihat pula al-Mughni 13/347 karya Ibnu Qudamah rahimahullah dan al-Mantsur fil Qowa’id 2/333-334 karya
az-Zarkarsyi, Roudhoh Tholibin 1/18 karya an-Nawawi rahimahullah.
[18] Al-Mughni 1/101.Dan  ini juga dikuatkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Majmu’ Sayrh Muhadzab 1/132

Wednesday 29 May 2013



MANUSIA MUDAH LUPA

Manusia mudah lupa
Dulu dia telah berjanji
Tidak akan memungkiri
Dimetarai semenjak alam ruh lagi
Bertanya Tuhan Rabbul Izzati
Bukankah Aku Tuhan sejati?
Yang wajib disembah dan ditaati?
Jawab mereka tanpa diragui
Allah Tuhan kami
Kami mengakui


Manusia mudah lupa
Sesampai di dunia
Pertumpahan darah telah dilakukannya
Janji telah dilanggarinya
Wa’dun telah dilupakan
Sungguh kuat hasutan syaitan
Berjaya memujuk dan menyesatkan
Cucu-cicik anak Adam
Khasnya kita di akhir zaman


Manusia mudah lupa
Allah tidak membiarkan
Manusia, hambanya tanpa panduan
Para rasul menjadi utusan
Sebagai pedoman...
Sebagai ikutan...
Sebagai teladan...
Kitab samawi turut dibekalkan
Buat tatapan...
Buat pedoman...
Buat panduan....


Hadis Nabawi turut dikepilkan
Buat suluhan...
Buat penjelasan...
Buat pegangan...
Dipegang kedua-duanya, tidak sesat jalan
Janji Nabi buat kita umatnya yang disayang


Manusia mudah lupa
ajaran Tuhan tidak diendahkan
Malah, ditentang...
Menjadi ejekan...
Menjadi cercaan...
Menjadi sasaran...
Dikritik dan dipesongkan...

Manusia mudah lupa...
Segala ajaran tidak diendahkan
Malah, dipersendakan...
ditentangkan..
Para utusan Allah dipulau dan tidak dihiraukan
Malah, dibunuh...
Menjadi musuh ....
Dicemuh...

Manusia mudah lupa
Nabi terakhir menjadi utusan
Membawa ajaran yang penghabisan
Dibekalkan dengan al-Quran
Buat umat akhir zaman
Namun, penentangan demi penentangan..
Manusia tetap seperti permulaan
Masih degil.....mudah lupa....
Manusia mudah alpa....
Manusia mudah leka...
Manusia mudah lupa...

Abu Talhah

Sunday 12 August 2012


RAMADHAN DIBERKATI


Ramadhan menjelang lagi
ia membawa seribu erti
rahmat, maghfirah, pembebasan api neraka telah dijanji
untuk kebahagiaan hidup dan mati
bagi mencapai damai abadi

datangnya perlu dihayati
dalam setahun hanya sekali
terlepas ia, amatlah rugi
belum pasti bertemu kembali
rebutlah ia sepuas hati

Puasa, sedekah, tarawih perlu diisi
Membaca al-quran jangan dilupai
Zakat fitrah perlu dipenuhi
Keperluan orang yang menghajati
Semoga mereka dapat merasai
Nikmat bergembira di aidil fitri

Puasa, hanya Allah yang ganjari
Menilai keikhlasan hati nurani
Seorang manusia yang bergelar abdi
Sejauh mana tuntutan dihayati
Apakah dia mengenal diri
Hamba kepada tuhan yang Rahmani

Istimewa sungguh ibadah ini
Buat kita umat nabi
Amalan sunat, pahala fardhu yang diganjari
Amalan fardhu, diganda pula tujuh puluh kali
Besar sungguh kurniaan Ilahi
Banyak lagi pahala diberi

Sedekah pahalanya berkali-kali
Seperti benih padi sebiji
Menumbuhkan tujuh tangkai maknawi
Setiap tangkai seribu biji
Itulah perumpamaan ilahi
terakam dalam kitab suci

Solat terawih jangan dilupai
Hanya bulan ini kita ketemui
Peluang untuk berbakti
Menambah pahala membersih hati
Menilai kembali perjalanan ini
Adakah ia diredhai ilahi?

Lailatul qadar perlu dicari
Kata Nabi fi ”witri min asyri al-awakhiri”
seribu bulan pahalanya, bahkan lebih lagi
Lebih dari umur kita sendiri
Mendapatnya sangatlah bererti
Cukup buat bekalan ukhrawi
Di Syurga yang kekal abadi

Dihasilkan oleh
Abu Talhah, UPSI.

Thursday 21 April 2011

PONDAN, TOMBOI (TOMBOY), MAKYAH, PENGKID, WARIA DAN LAIN-LAIN

ditulis oleh:-
Mohd Noor bin Daud

1)      Akhir-akhir ini pondan, makyah, tomboy, pengkid dan lain-lain nama yang membawa maksud yang sama iaitu menyerupai jantina lain semakin menjadi-jadi termasuk di negara kita Malaysia. Diceritakan mereka sudah ada kelab, ada persatuan, ada sekolah, badan kebajikan dan lain-lain. Tidak terkecuali mereka yang berpendidikan yang belajar di IPT juga terlibat. Gejala ini boleh dilihat di mana-mana IPT. Lelaki lembut, perempuan keras dan macam-macam.
2)      Pelbagai alasan diberikan oleh golongan ini. Antaranya sebagaimana dimuatkan dalam harian metro bertarikh 21/4/2011 ialah untuk ”mencari makan sewaktu membuat persembahan sahaja selepas itu kembali normal, untuk mencari rezeki”, saya tahu hukumnya dalam agama, jiwa saya menuntut demikian, dan tidak mahu jadi hipokrit, ini hak saya dlln. Tidak sedikit juga barisan artis (dulunya disebut anak wayang) yang cuba sedaya upaya menghidupkan watak ini dengan penuh penghayatan sama ada artis yang sudah mendapat ”datuk” atau yang akan dapat kemudian... Pada 20/4/2011 seorang pondan dengan berani mengatakan:’ Baik mati dari berubah” apabila beliau tidak dibenarkan membuat persembahan di Kelantan.
3)      Ada perempuan yang sanggup ”botakkan kepala” kerana tuntutan pengarah (malangnya bukan tuntutan agama) dan lebih rela dengan tuntutan pengarah filem itu. Ada lelaki yang sanggup berpakaian wanita dan wanita berpakaian dan berwatakan lelaki. Semua memberikan hujah dan alasan bagi membenarkan apa yang dibuat. Ada filem/drama di Malaysia mengenai seorang ayah yang makyah. Filem/drama ini berjaya memburukkan orang agama kerana memandang sinis kepada ayah yang makyah ini dan berjaya membuatkan penonton kesian dengan nasib makyah ini. Mungkin itulah objektif drama itu...
4)      Apapun tindakan kita, alasan, tuntutan, hak dan penjelasan, hukum dan hak agama patut dijunjung dan dipegang sungguh-sungguh. Siapapun kita selagi bergelar muslim alasan-alasan kita itu perlu dilihat dengan suluhan agama. Berhubung isu ini, Nabi s.a.w. melarang tegas sikap menyerupai orang berlainan jantina. Dalam satu hadis disebutkan: ”Allah melaknat golongan lelaki yang menyerupai wanita dan juga golongan wanita yang menyerupai lelaki” (hadis riwayat Bukhari dan lain-lain). Ertinya larangan ini meliputi kedua-dua golongan. Menurut Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi: termasuk dalam maksud hadis ini, menyerupai pada gaya bercakap, gaya bergerak, gaya berjalan, gaya berpakaian dan lain-lain. (lihat al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, h.85).
5)      Menurut al-Qaradhawi lagi, seburuk-buruk ujian kehidupan yang menimpa umat ialah ”keluar dari fitrah” sehingga lelaki menyerupai wanita dan wanita menyerupai lelaki. Nabi s.a.w. telah menyebutkan antara golongan yang dilaknat di dunia dan akhirat dan diaminkan oleh para Malaikat ialah lelaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai lelaki. (hadis riwayat al-Tabarani).
6)      Sebagai kesimpulan, apapun alasan dan hujah kita perlulah diukur dengan ukuran agama. Jika bertepatan maka al-hamdulillah, jika berlawanan, maka alasan kita itu sebenarnya jauh menyimpang dari landasan agama. Semoga agama terus dijunjung dan ditegakkan walaupun berlawanan dengan nafsu, kehendak, alasan, hak dlln.

Lihat artikel berkaitan di;-
http://darahmerdeka.wordpress.com/2008/11/13/islam-jantina-dan-seks/

Wednesday 13 April 2011

Hukum Mengangkat Kedua Tangan ketika Berdo’a Semasa Khutbah Jum’at

1) INI ANA NUKILKAN SERATUS PERATUS DARI INTERNET.
MediaMuslim.InfoDo’a adalah ibadah. Ibadah hukum asalnya haram kecuali ada dalil yang memerintahkannya. Supaya ibadah diterima oleh Allah maka harus memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan mutaba’ah. Termasuk  berdo’a harus mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Ketahuilah bahwa mengangkat kedua tangan ketika khatib berdo’a dalam khutbah jum’atnya adalah sesuatu yang tidak disyari’atkan. Baik itu bagi khatib sendiri maupun bagi jama’ahnya. Karena ada keterangan dari Ammarah bin Ruaibah, bahwa ia telah melihat Bisyr bin Marwan mengangkat kedua tangannya di atas mimbar. Lalu Ammarah berkata : ” Semoga Allah menjelekkan kedua tangan itu, sesungguhnya saya telah melihat Rasulullah ketika berdo’a selalu dengan tangannya, begini.” Yaitu dengan mengisyaratkan jari telunjuknya. Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Pada hari Jum’at.” (HR Muslim no.874).
An Nawaawi berkata : “Dalam hadits itu ada penjelasan bahwa yang namanya sunnah adalah tidak mengangkat kedua tangannya ketika berkhutbah. Ini adalah pendapatnya Imam Malik, sahabat-sahabatnya, dan selain mereka. Al Qadhi menceritakan dari beberapa orang terdahulu dan dari sebagian pengikut Imam Malik, bahwa mengangkat tangan adalah boleh, dengan dalil karena nabi pernah mengangkat kedua tangannya dalam khutbah Jum’at ketika meminta turun hujan. Tapi pendapat ini dijawab oleh pendapat yang mengatakan tidak boleh, bahwa beliau mengangkat kedua tangan karena adanya sebuah alasan. ” (Syarah Muslim oleh An Nawawi 5/411).
Asy Syaukani berkata : “Hadits ini menunjukkan ttg dibencinya perbuatan mengangkat tangan sewaktu berada di atas mimbar dan ketika berdo’a dan bahkan itu adalah bid’ah. (Nailul Authar 3/308). Dinukil dari Hasyiah Ar Raudhah dari Al Majd bin Taimiyyah bahwa mengangkat kedua tangan dalam keadaan seperti itu adalah bid’ah. (Hasyiah Ar Raudh oleh Ibnu Qosim 2/458 dan lihat Syarh Tsalaatsiyat Musnad Al Imam Ahmad)
Dalam Al Ba’its, Abu Syamah mengatakan ketika menjelaskan macam-macam bid’ah yang terjadi sekitar sholat Jum’at, “Adapun mengangkat tangan ketika berdo’a adalah bid’ah yang sudah lama.” Pendapat ini diikuti oleh As Suyuthi dalam kitabnya Al Amru bi Al Ittiba’ wa An Nahyu ‘an Al Ibtida’. (Al Ba’its hal : 142 dan Al Amru bi Al Ittiba’ hal : 247).
Ibnu Taimiyyah dalam Ikhtiyaraat-nya meyebutkan, “Hukumnya makruh bagi sang imam untuk mengangkat kedua tangan ketika berdo’a dalam khutbahnya dan ini jawaban yang paling shahih dari dua pilihan yang ada pada sahabat-sahabat kami, karena nabi selalu memberikan isyarat dengan jari telunjuknya apabila berdo’a . Adapun dalam do’a istisqo`, beliau mengangkat kedua tangannya, yaitu sewaktu minta hujan dan di atas mimbar. (Al Ikhtiaraat hal : 80 dan lihat Fathul Bari 2/412). Wallaahu a’lam.
(Rujukan: Shahih Muslim, Syarh Tsalaatsiyat Musnad Al Imam Ahmad dan Fathul Bari)
2) INI KOMEN ANA SENDIRI
Apabila dirujuk kepada kitab-kitab hadis dan syarah-syarah hadis, boleh disimpulkan beberapa perkara:-
2.1) Terdapat perbezaan pada matan Hadis itu sendiri. Ada riwayat yang menyebutkan bahawa perbuatan mengangkat tangan itu ketika “berdoa”. Manakala terdapat juga riwayat yang tidak menyebutkan ketika berdoa.
2.2) Ulama hadis juga meletakkan tajuk-tajuk yang berbeza dalam kitab-kitab hadis mereka. Ada yang meletakkan tajuk hukum mengangkat tangan ketika berdoa semasa khutbah, hukum mengangkat tangan ketika khutbah (tidak sebut berdoa) dan banyak lagi.
2.3) Para ulama berbeza pendapat mengenai hukum mengangkat tangan ketika berdoa semasa khutbah kepada 2 golongan. Pandangan Mazahab Syafie dan Maliki tangan tidak diangkat ketika berdoa semasa khutbah. Sebahagian Ulama Maliki, dan sebahagian ulama salaf berpendapat boleh.
Antara hujah yang digunakan oleh ulama membolehkan ialah:-
1)      Nabi s.a.w. mengangkat tangan ketika berdoa semasa khutbah jumaat di atas mimbar untuk meminta hujan.
Jawapan Dari pihak Yang kata tidak boleh:-
ulama yang berpendapat tidak boleh mengangkat tangan menjawab bahawa perbuatan itu dilakukan kerana sebab/alasan tertentu dan bukannya tiap-tiap kali. Mereka menyokong pendapat ini dengan hadis lain yang menyatakan Rasulullah tidak mengangkat tangan ketika berdoa semasa khutbah melainkan semasa minta hujan (Istisqa). Ibn Khuzaimah telah memberikan tajuk semasa membincangkan hadis ini dengan tajuk ”Bab menunjukkan dengan jari telunjuk di atas mimbar semasa khutbah jumaat dan Makruh mengangkat tangan di atas selain meminta hujan, (juzuk 3, h.147).
2)      Hadis itu bukan dituju mengenai doa, sebaliknya ketika berkhutbah. Dengan kata lain mengangkat tangan semasa berkhutbah adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Bisr bin Marwan. Sebaliknya Rasulullah s.a.w. hanya menunjukkan dengan jari telunjuk sahaja.

Jawapan: Terdapat riwayat lain mengatakan bahawa terdapat penambahan lafaz iaitu beliau mengangkatnya semasa berdoa sebagaimana riwayat Ibn Khuzaimah, Musnah Imam Ahmad dan lain-lain.
2.4) Sebagai kesimpulannya, perkara ini adalah benda khilaf dan dalam konteks kita di Malaysia yang bermazhab Syafie, menurut mazhab kita Syafie tangan tidak boleh diangkat ketika berdoa semasa khutbah jumaat. Masyarakat kita yang buat itu mereka sebenarnya bukan bersandarkan kepada mazhab Syafie. Saya merasakan pendapat yang paling kuat ialah tidak boleh mengangkat tangan berdasarkan dalil dan huraian para syurrah hadis. Wallahu A’lam.


Monday 11 April 2011

Sambutan Hari Jadi Bid'ah Yang Munkar?

  1. Kenyataan ini disebutkan oleh Dr. Abdul Karim Zaidan dalam buku beliau al-Mufassal fi Ahkam al-Mar'ah wa al-Bait al-muslim fi al-Syariah al-Islamiah, cet2, 1994-1415, j9, h.310-311. Kenyataan ini juga disebut oleh Dr Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam buku beliau Fatawa Syar'iyyah, j2, h788-789. Menurut beliau, tidak ada sambutan (عيد) hari jadi sekalipun mereka itu pemerintah, pembesar atau anak-anak.
  2. Menurut Dr Abdul Karim Zaidan sambutan hari lahir lahir (hari jadi/birthday) yang diadakan saban tahun oleh golongan lelaki mahupun wanita, diadakan sambutan (haflah) yang dihadiri oleh keluarga dan kerabatan dan anak yang disambut hari lahirnya. Pada majlis itu disusun meja dan diletakkan kek yang besar yang dinamakan kek hari jadi yang pelbagai bentuk sama ada bulat, dlln berlapis-lapis yang dipacakkan dengan lilin yang jumlahnya mengikut umur mereka yang disambut dan dipotong kek itu. Budak itu akan memulakan mengambil sepotong kek dan diikuti para hadirin.
  3. Menurut beliau, sambutan hari jadi yang disifatkan di atas merupakan perkara bidah yang munkar yang wajib ditinggalkan dan dicegah. Ia merupakan amalan bukan islam yang ditiru oleh orang Islam atau sebahagian orang Islam. Sambutan ini merupakan perkara yang ditegah oleh syarak. Nabi s.a.w bersabda: (sesiapa yang meniru sesuatu kaum, ia adalah dari mereka) (hadis diriwayatkan oleh Abu Daud, No. Hadis 8593). Maksud hadis itu ialah sesiapa berpakaian dengan pakaian mereka, beramal dengan amalan mereka, berakhlak dengan akhlak mereka dan mengikut jejak langkah atau tred mereka dalam perpakain dan amalan mereka....
  4. Beliau menyambung, Nabi s.a.w diutuskan dengan disyariatkan perkataan dan amalan yang berbeza dengan amalan Yahudi dan Nasrani ( والضالين المغضوب عليهم) ). Nabi s.a.w diperintah supaya menyalahi mereka (berbeza dengan mereka) dalam perkara-perkara zahir yang membawa kepada muwafakah dan tasyabuh dengan akhlak dan amalan mereka...
  5. Orang Islam hendaklah Berpada dengan apa yang disyariatkan kepada mereka:-
  • Cukuplah bagi orang-orang Islam mengadakan akikah untuk anak pada hari ketujuh dengan mengadakan walimah untuk anak itu.
  • Orang-orang islam pada zaman Nabi s.a.w., begitu juga Tabiin tidak kenal dan tidak memperkenalkan sambutan ini kepada anak-anak mereka. Mereka tidak menyambutnya saban tahun. Pada mereka itu ada qudwah yang baik.
  •  
    kesimpulannya, terdapat 5 hujah yang digunakan bagi mengukuh pandangan beliau ini:-
    1) Ia bukan ajaran agama. Dengan kata lain, agama telah menggariskan syariat yang cukup jelas untuk dilakukan apabila seseorang anak itu dilahirkan bermula dengan azan, iqamah, tahnik, bercukur, berkhitan, memberi nama dan melakukan akikah. Agama tidak meninggalkan satu-satu amalan, maka tidak perlulah ditambah amalan lain.
    2) Hukum ini dianalogikan kepada sambutan maulid Nabi s.a.w. Sebagaimana yang diketahui, para ulama perbeza pendapat menentukan hukum maulid ini. Satu golongan mengatakan sambutan itu adalah bidah (Cth, Dr Abu Faris) dan ada ulama yang mengatkan tidak menjadi masalah menyambutnya. Hujah yang mengatakan boleh menyambutnya antara lain ialah kita menyambut maulid Nabi itu kerana memperingati perjuangan Nabi, risalah dan kenabian itu sendiri untuk dijadikan pengajaran, bukan sekadar sambut kelahiran semata-semata dan cukup setakat itu. Analoginya, Jika kita menyambut birthday anak-anak kita, maka atas dasar risalah apa yang dia bawa?
    3) Ia bukan amalan salafuna al-saleh bermula dari zaman sahabat, tabiin dan seterusnya. Jika sambutan itu perkara baik, nescaya mereka lebih awal menyambutnya.
    4) Ia bukan amalan dan budaya orang islam, sebaliknya ia adalah budaya orang bukan islam yang diikut-ikut (taqlid) oleh orang Islam.
    5) Apatah lagi jika majlis itu dicampuri dengan unsur-unsur maksiat yang lain sebagaimana yang dilakukan sesetengah masyarakat islam pada hari ini yang boleh dilihat di media massa.

    Thursday 7 April 2011

    Sungguh banyak halangan tetapi semua itu bukan penghalang dan Akhirnya...

    1) 7/4/2011 merupakan salah satu tarikh keramat dalam hidup saya. Setelah menunggu sekian lama untuk menggengam segulung ijazah Phd, akhirnya pada tarikh itu, Allah s.w.t. telah maktubkan. Saya dimaklumkan untuk menghadiri viva pada tarikh tersebut pukul 10.00 pagi di UIAM. Debaran dan degupan jantung hanya Allah yang tahu, berbaur kegembiraan kerana usaha sekian lama semakin menemui titik hujungnya.  Takut (khauf) tidak boleh digambarkan tetapi pada masa yang sama berharap tetap setinggi gunung (al-raja'). Dalam mainan perasaan ini, 10.30 saya dipanggil untuk masuk bilik munaqashah (viva). Hanya Allah tempat bergantung harap setelah usaha dicurah. Dalam detik itu, hati berdoa semoga Allah memudahkan perjalanan viva nanti. Saya minta isteri doakan kejayaan saya. Dia kata:"Insya Allah, Abi boleh". Bagi saya ia sudah cukup sebagai motivasi diri. Pagi-pagi lagi saya menelefon ibu supaya doakan kejayaan saya. Dia kata dengan yakin: "InsyaAllah Nor boleh". Saya yakin dengan kata-kata hikmah ibu saya itu. Dalam situasi ini saya amat memerlukan doa ibu dan ayah. Doa kawan-kawan juga saya tagihkan. Doa sahabat dibelakang kita itukan makbul. Saya juga bercakap dengan anak sewaktu menghantar anak ke sekolah. jarak sekolah dari rumah lebih kurang 60 Km juga. Jadi sempatlah saya menceritakan kepada anak. Hari ni Abi ada peperiksaan, Abe tolong doakan untuk Abi. Anak saya jawab: "Abe akan doa untuk abi". Apabila selesai munaqashah dan saya ceritakan kepada dia yang saya dah berjaya. Dia kata dia doa 2 kali. Saya tanya bagaimana dia doa. Katanya" Abe doa ya Allah biarlah abi berjaya". terima kasih Abe, kakak, Nuaim, Iman Thaqif dan semua.

    2) Ringkasnya, pengerusi memulakan sesi. Penyelia saya diminta memperkenalkan diri saya kepada majlis. Alhamdulillah saya mendapat pujian beliau. Pengerusi memulakan soalan pertama, apakah perkara baharu yang kamu buat dan sumbangkan. Saya menjawab..... Dia kata: Bagus. (jayyid).

    3) Diringkaskan, Pemeriksa dalaman mula mengajukan soalan. Kenapa anda memilih "kehormatan manusia (hurmah wa karamah insaniah)" sebagai illah pengharaman pengguguran janin (agak pangjang jawapan kerana saya terpaksa menjustifikasi kenapa tidak bersetuju dengan beberapa pandangan ulama sebelum). Saya memberikan jawapan kenapa illah itu dipilih. Dia angguk tanda setuju. Soalan kedua ditanyakan agak lari dari apa yang dibincangkan tetapi dia minta saya menghubungkaitkan dengan apa yang saya bincangkan (ini aras taksonomi tinggi) mengenai isu mengambil tisu/sel (khaliyyah) daripada janin untuk tujuan perubatan adakah tidak bertentangan dengan karamah insaniah (illah yang saya pilih). Saya menerangkan isu ini kerana saya juga baca walaupun tidak menjadi topik berbahasan tesis. Hujjah maslahah dan mafsadah dijadikan sandaran hukum. Beliau mengangguk tanda setuju. Soalan ketiga ditanyakan tentang pengguguran janin yang cacat (inipun topik yang tidak dibincangkan dalam tesis) tapi minta dihubungkaitkan dengan pandangan ulama. Sebenarnya topik ini juga telah siap saya tulis tapi penyelia minta dibuang kerana terlalui detail. Saya menerangkan pandangan-pandangan ulama dan pandangan rajih yang salah pilih bersama alasan-alasannya. Dia juga menyokong jawapan saya itu.

    3) Diringkaskan lagi, Ketua jabatan memulakan soalan beliau. 1) berkaitan dengan nasab, 2) berkaitan dengan undang-undang Malaysia, 3) Kedudukan DNA dan lian, 4) berkaitan al-Darurat dan al-Daruriat. Ringkasnya kata beliau: (Jawapan kamu itu menunjukkan kamu adalah tuan punya tesis ini).

    4) Pengerusi meminta saya dan penyelia keluar dari bilik viva (munaqashah) untuk beberapa minit (katanya 2 minit (daqiqatain). Saya dan penyelia diminta masuk kembali. Dalam hati saya berdoa untuk berjaya tetapi perasaan saya sungguh takut jika gagal. Pengerusi memulakan bicaranya: (Selepas perbincangan, dengan ini lajnah memutuskan anda berjaya dengan sedikit pembetulan (Najih bi ta'diilin yasirin). Alhamdulillah, alhamdulillah, al-hamdulillah. Akhirnya.....Saya berjaya menamatkan pengajian Phd...

    5) Tapi adakah kejayaan itu terlalu mudah? Tidak, tidak dan tidak.

    pelbagai halangan terpaksa ditempuhi. dari mula mendaftar sehinggalah hari akhir viva. Pahit, masam, masin semua ada. Hebatnya halangan ini, ia datang dari 360 darjah. Halangan duit, hanya Allah yang tahu. Saya ingin menyebutkan 1,2 contoh sebagai perkongsian. Saya pernah lambat menghantar tugasan phd kerana tidak ada duit untuk print. Saya juga terpaksa menunggu giliran untuk menggunakan komputer bagi menyiapkan tugasan kerana tidak ada duit memberi komputer. Saya juga terpaksa bekerja dengan gaji RM 500 sebulan.
    Pernah juga saya meminta zakat. Tapi ditanya oleh pegawai pada masasemasa sesi temuduga: "Kenapa awak tak bekerja dulu sebelum sambung belajar?". Mana dia tahu saya tak bekerja. Saya bekerja dengan gaji RM500, saya juga bekerja di tempat lain dengan gaji RM1200. Hidup di KL dengan gaji begini... Allah sahaja yang tahu...
    Halangan lain...banyak, banyak dan sungguh banyak.

    Sungguh banyak halangan tetapi ingatlah semua itu bukan penghalang kejayaan kita.

    terima kasih ya Allah